Sunday, December 10, 2017

Film Pendek 'Siti Kewe'

Sebuah film pendek berjudul Siti Kewe, besutan Dendy F.Montgomery yang didedikasikan untuk peluncuran novel dengan judul yang sama, karya Raihan Lubis:


Peluncuran Novel Siti Kewe

Status tanggal 19 Oktober di akun facebookku:

.Pergulatan untuk melahirkan novel 'Siti Kewe' ini sungguh luar biasa bagi saya, pribadi. Karena saya harus berkelahi dengan waktu yang disebabkan kesibukan saya sebagai ibu tiga anak, ibu pekerja, dan seorang komuter pula. Perjalanan dari Bogor saban pagi harus saya tempuh selama lebih kurang satu setengah sampai dua jam, untuk tiba di kantor saya di Jakarta. Demikian juga sore atau malam hari ketika pulang. Selain itu juga karena kami melakukan self publishing, keterbatasan dana adalah soal lainnya. Tetapi alhamdulillah, banyak yang mengulurkan tangan membantu prosesnya. Novel ini saya dedikasikan kepada para petani kopi di Tanah Gayo.

Hari ini, saya mengumumkan acara peluncuran novel saya di tiga kota: Medan 28 Okt, Banda Aceh 4 Nov dan Jakarta 12 Nov. Kenapa Medan terlebih dahulu? Karena Medan adalah kampung halaman saya, disusul Banda Aceh sebagai tempat kelahiran anak-anak saya, dan Jakarta tempat yang bagai magnet bagi banyak orang. Sila datang di hari peluncuran. Kami tunggu kehadirannya. Bagi para pemesan buku yang sudah kami daftar, segera kami kirimkan bukunya. Tabik- Raihan Lubis. Dendy Montgomery Al Junishar Fakultas KOPI Jakarta Dini Usman Aishah Basar Harmain LubisMirza Lubis Soraya Lubis

Siti Kewe, Sebuah Novel Tentang Kopi Gayo

Status ini akhirnya saya tulis juga, demikian tulis saya di akun facebook saya pada 19 September 2017.

Novel perdana saya akan segera dirilis dengan judul 'Siti Kewe' - membaca Kewenya seperti membaca ke pada kata kemana dan we pada kata wewangian. Siti Kewe....

Bismillah,
Siti Kewe kunikahen ko orom kuyu
Wih kin walimu
Tanoh kin saksimu
Lo ken saksi kalammu”

(Bismilah,
Siti Kawa kunikahkan engkau dengan angin
Air sebagai Walimu
Tanah sebagai Saksimu
Matahari sebagai Saksi Kalammu)

Mantra ini dulu diucapkan sebagian petani kopi di dataran tinggi Gayo - ketika akan menanam pohon kopi. Kata-kata ini disampaikan pada pohon kopi dan alam semesta- sebagai penghormatan pada mahkluk-mahkluk ciptaan Tuhan dan juga pada alam. Sejatinya, manusia sebagai salah satu mahkluk
ciptaan Tuhan haruslah menghormati mahkluk Tuhan lainnya dan juga menghormati alam- sebagai tempat hidup dan bertumbuh. Juga untuk syukur atas apa yang diberikan Tuhan melalui mahkluk lain dan alam pada kita- manusia.